Pages

Minggu, 17 April 2011

Laporan III Morfologi Tumbuhan - Morfologi Batang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan begitu pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan hanya cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi tumbuhan hanya mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar saja dan anatomi tumbuhan.
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tumbuhan saja tetapi juga bertugas menentukan apakah fungsi masing-masing bagian dari tumbuhan tersebut.
Karenanya banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya sifat-sifat batang, bentuk batang, permukaan batang, arah tumbuh batang dan percabangan batang maka perlunya mempelajari bagaimana bentuk dan pembagiannya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mempelajari bermacam-macam bentuk batang serta metamorfosisnya pada tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psidium guajava
1. Morfologi
Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil,jadi batangnya dapat di pandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan mempunyai percabangan.
- Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan permukaannya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati).
- Arah tumbuh batangnya tegak lurus (erectus).
- Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang – cabang kecil dengan ruas – ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan pendukung bunga dan buah.
- Arah tumbuh cabangnya. (Sinaga, 2008).

2. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Psidium guajava adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava
(Plantamor, 2011).

3. Ekologi
Jambu biji dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 2250 – 4500 mm/tahun dengan kelembapan 38 %. Pertambahan ketinggian tumbuhan ini mencapai 1000 – 1500 mm/tahun, dengan suhu 24˚C – 32˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh subur dan menghasilkan buah yang banyak dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 4,5 – 7,2 dan ketinggian 500 - 1200 m dpl. Di Indonesia umunya jambu biji telah tersebar kesemua pulau-pulau yang kebanyakan di temukan di daerah yang beriklim tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan (Teberlinds, 1987).

4. Nilai medis
Psidium guajava juga memiliki manfaat dibidang kesehatan. Daun jambu biji digunakan sebagai obat untuk batuk dan diare. Jus dari jambu biji dipercaya berkhasiat untuk menyebuhkan penyakit demam berdarah. Kandungan kimia yang terkandung didalamnya yaitu tanin, asam amino pektin, kalsium, fosfor, zat besi, mangan, magnesium, belerang, vitamin A, vitamin B dan vitamin B1 yang baik untuk daya tahan tubuh. (Teberlinds, 1987).

5. Nilai komersial
Psidium guajava memiliki nilai komersial yang tinggi karena semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan. Daunnya bila diolah dapat dijadikan sebagai obat diare. Buahnya dapat dikonsumsi juga dapat diolah menjadi minuman segar berupa jus yang memiliki nilai jual yang tinggi. Selain itu batang dari tanaman ini digunakan sebagai kayu bakar dengan harga dipasaran berkisar Rp. 1.500 /ikat. (Teberlinds, 1987).

B. Carica papaya
1. Morfologi
Carica papaya L. adalah semak berbentuk pohon dengan batang yang lurus dan bulat. Bagian atas bercabang atau tidak, sebelah dalam berupa spons dan berongga, sebelah luar banyak tanda bekas daun. Tinggi pohon 2,5 - 10 m, tangkai daun bulat berongga, panjang 2,5 - 10 m, daun bulat atau bulat telur, bertulang daun menjari, tepi bercangap, berbagi menjari, ujung runcing garis tengah 25 - 75 cm, sebelah atas berwarna hijau tua, sebelah bawah hijau agak muda daun licin dan suram, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun. Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. (Sinaga, 2008).

2. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Carica papaya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
(Plantamor, 2011).

3. Ekologi
Tanaman pepaya dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi dengan ketinggian 700 – 1000 m dpl. Pepaya dapat tumbuh dimana saja sehingga tanaman ini dapat dijumpai diseluruh Indonesia. Curah hujan yang cocok untuk tanaman ini adalah berkisar antara 1000 – 2000 mm/tahun dengan suhu optimum 22 – 27 ˚C. Tanah yang cocok ditanami adalah tanah gembur, subur serta mengandung humus dengan pH 6 – 7. Kelembapan udara sekitar 60% dan angin yang tidak terlalu kencang untuk penyerbukan. (Cahyono, 1958).

4. Nilai medis
Tanaman pepaya sangat baik bagi kesehatan. Daunnya dapat mengobati reumatik, asma dan infeksi pernapasan. Kandungan kimia yang terdapat pada pepaya yaitu alkaloida, saponin, enzim lipase dan juga mengandung vitamin C dan vitamin E yang tinggi karena buahnya dapat menghaluskan kulit. (Cahyono, 1958).

5. Nilai komersial
Tanaman pepaya bukan merupakan tanaman langka dan tidak mengenal musim, sehingga harga jualnya murah. daunnya dapat dikonsumsi sebagai sayur atau lalapan. Batangnya digunakan untuk makanan ternak. Serta pada bunga pepaya juga dapat dijadikan sayuran.
Tanaman ini juga memliki getah yang dapat digunakan sebagai penjernihan dan penambahan cita rasa minuman dengan harga Rp. 22.000 /botol. (Cahyono, 1958).

C. Cucurbita muscata
1. Morfologi
Labu tumbuh merambat atau menjalar dengan kait pada batangnya dan tidak berkayu. Kait pada batang labu berbentuk melingkar seperti spiral. Batang tumbuhan ini berwarna hijau muda dan berbulu halus, berdiameter 0,5 cm – 1 cm serta berakar lekat. Panjang batangnya mencapai lebih dari 5 meter hingga 10 meter. (Sinaga, 2008).

2. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Cucurbita muscata adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita muscata
(Plantamor, 2011).

3. Ekologi
Labu dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 250 – 300 mm/tahun. Ketinggian untuk tumbuhan ini yaitu 2 – 3 m/tahun, dengan suhu 25˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 5,5 – 6,5 dan ketinggian 1 – 1.300 m dpl. (Albert, 1897).

4. Nilai medis
Tanaman labu merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Labu mengandung tiga macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Kombinasi tersebut mampu memberikan dorongan tenaga instan, tetapi cukup lama dan cukup besar efeknya. Serta tanaman labu juga memiliki banyak vitamin C, vitamin B dan vitamin E. (Albert, 1897).

5. Nilai komersial
Tanaman labu merupakan tumbuhan yang mempunyai nilai harga yang sedikit karena pada labu sendiri yang dapat diperjualkan belikan hanyalah buahnya saja dengan harga dipasaran berkisar Rp. 7.500 /buah. (Albert, 1897).

D. Languas galanga
1. Morfologi
Languas galanga tumbuhan lengkuas memiliki batang semu (batang ini sebetulnya pelepah daun yang bertumpuk tumpuk) seperti pisang. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih- putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. (Sinaga, 2008).

2. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Languas galanga adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Languas
Spesies : Languas galanga
(Plantamor, 2011).

3. Ekologi
Tanaman lengkuas dapat hidup pada daerah yang memliki ketinggian antara 1000 – 1200 m dpl dengan curah hujan berkisar antara 2500 – 4000 mm/tahun. Lengkuas menyukai tanah yang berpasir dan berdrainase baik dengan pH antara 5 – 6,6. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki suhu antara 29 – 32 ˚C, dengan kelembaban 70%. Tanaman ini banyak hidup di daerah yang beriklim tropis seperti Sulawesi, Kalimantan bahkan Papua. (Sudarsomo, 1845).

4. Nilai medis
Lengkuas dapat digunakan sebagai obat diabetes melitus, usus buntu, disentri, amandel dan karminative. Zat kimia yang terkandung pada lengkuas antara lain minyak atsiri, kamferida, galangin, metil sinamat dan kristal kuning. (Sudarsomo, 1845).

5. Nilai komersial
Tanaman lengkuas merupakan salah satu rempah-rempah yang dapat dijaadikan sebagai obat tradiosional dan juga dapat digunakan sebagai penyedap makanan karena memiliki aroma yang khas. Bagian lengkuas yang biasa dijual adalah rimpangnya (batang) dengan harga Rp. 10.000,- /bungkus. (Sudarsomo, 1845).

E. Vanilla planifolia
1. Morfologi
Batang tanaman vanili kira-kira sebesar jari, berwarna hijau, agak lunak, beruas dan berbuku. Panjang rata-rata 15 cm. Tumbuhan melekat pada pohon atau tonggak yang telah disediakan. Pada batang vanili daun vanili langsung duduk pada batang dan memiliki warna hijau pekat. (Gembong, 1985).

2. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Vanilla planifolia adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : Vanilla
Spesies : Vanilla planifolia
(Plantamor, 2011).

3. Ekologi
Vanilla planifolia berasal dari Papua Nugini dan Maluku. vanila merupakan tumbuhan yang hidup memanjat pada tumbuhan lain yang hidup di daratan rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 200 - 1500 m dpl. Suhu rata-rata pada sagu yaitu 16 ˚C. Kelembaban relatif 60%. Curah hujan 1500 – 2500 m/tahun, dengan pH 5,5 – 6,4 (Okaya, 2007).

4. Nilai medis
Batang vanili dapat digunakan sebagai obat kembung, muntah-muntah, buang air besar serta muntah darah. Kandungan kimia yang terkandung di dalam batang, daun dan buahnya adalah saponin dan polifenol. Efek farmakologis diantaranya antipiretik serta pengharum makanan, parfum dan kosmetik. (Okaya, 2007).

5. Nilai komersial
Di Indonesia dan Malaysia, buah vanili mentah dan kering digunakan untuk pembuatan pengharum dan makanan ringan. Sedangkan di Amerika digunakan untuk pembuatan bedak. Batang vanili yang masih muda dapat digunakan sebagai makanan hewan. (Okaya, 2007)


BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
- Hari/Tanggal : Sabtu,09 April 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Laboratorium Biodeversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Daun Cyperus rotundus
4. Daun Passiflora quadrangularis
5. Daun Allium cepa
6. Daun Languas galanga
7. Daun Solanum tuberosum
8. Daun Nicotiana tabacum
9. Daun Ipomoea aquatica
10. Daun Clitoria ternatea
11. Daun Cucurbita muscata
12. Daun Helianthus annus
13. Daun Saccharum officinarum
14. Daun Carica papaya
15. Daun Psidium guajava
16. Daun Oputia sp
17. Daun Piper bettle
18. Daun Vanilla planifolia
19. Daun Bougainvillea spectabillis
20. Daun Imperata cilindricha

C. Prosedur kerja
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
3. Menentukan sifat-sifat batang :
- Basah (herbaceus)
- Berkayu (lignosus)
- Rumput (calmus)
- Mendong (calamus)
4. Menentukan bentuk batang :
- Bulat (teres)
- Bersegi (angularis)
- Pipih
5. Menentukan sifat permukaan batang :
- Licin (laevis)
- Berambut (pilosus)
- Beralur (sulcatus)
- Berusuk (costatus)
- Bersayap (alatus)
- Berduri (spinosus)
- Memperlihatkan bekas-bekas daun dan daun penumpu
6. Menentukan arah tumbuh batang :
- Tegak lurus (erectus)
- Menggatung (dependens/pendulus)
- Berbaring (humifusus)
- Menjalar/merayap (repens)
- Mengangguk (nutans)
- Memanjat (scandes)
- Membelit (volubilis)
7. Menentukan percabangan batang :
- Monopodial
- Monopodial semu
- Simpodial
- Dikotom


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
No. Gambar Keterangan
1.
Spesies : Psidium guajava
Family : Myrtaceae
Sifat batang : berkayu (lignosus)
Bentuk batang : bulat (teres)
Permukaan batang : lepasnya kerak
Tumbuh batang : Tegak lurus (erectus)
Percabangan batang: Monopodial

2..
Spesies : Cucurbita muscata
Family : Cucurbitaceae
Sifat batang : basah (herbaceus)
Bentuk batang : bulat (teres)
Permukaan batang : berambut (pilosus)
Tumbuh batang : berbaring (humifusus)
Percabangan batang: Simpodial

3. Spesies : Carica papaya
Family : Caricaceae
Sifat batang : basah (herbaceus)
Bentuk batang : bulat (teres)
Permukaan batang : Memperlihatkan bekas-bekas daun
Tumbuh batang : Tegak lurus (erectus)
Percabangan batang: Monopodial semu

4.
Spesies : Languas galanga
Family : Zingiberaceae
Tumbuh batang : Kebawah
Rhizome : Modifikasi batang dan daun

5. Spesies : Vanilla planifolia
Family : Orchidaceae
Sifat batang : basah (herbaceus)
Bentuk batang : bulat (teres)
Permukaan batang : Licin (laevis)
Tumbuh batang : Memanjat (scandes) dengan akar pembelit
Percabangan batang: Simpodial

B. Pembahasan
1. Psidium guajava
Psidium guajava atau biasa yang kita sebut dengan jambu biji merupakan tanaman yang memiliki sifat batang berkayu atau lignosus yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar yang terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon. Bentuk batangnya bulat atau teres yaitu bangun batang pada tengah batang terbentuk lingkaran. Permukaan batang lepasnya kerak yaitu pada saat batang kayu telah tua maka bagian kulitnya akan mati. Arah tumbuh batang tegak lurus atau erectus yaitu arahnya lurus keatas. Percabangan batangnya monopodial yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.

2. Cucurbita muscata
Cucurbita muscata atau biasa yang kita sebut dengan labu kuning merupakan tanaman yang memiliki sifat batang basah atau herbaceus yaitu batang yang lunak dan berair. Bentuk batangnya bulat atau teres yaitu bangun batang pada tengah batang terbentuk lingkaran. Permukaan batang berambut atau pilosus yaitu pada batang memiliki rambut-rambut halus yang menyelimuti batang. Arah tumbuh batang berbaring atau humifusus yaitu jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok keatas. Percabangan batangnya simpodial yaitu batang pokok sukar ditentukan, karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan cabangnya.

3. Carica papaya
Carica papaya atau biasa yang kita sebut dengan pepaya merupakan tanaman yang memiliki sifat batang basah atau herbaceus yaitu batang yang lunak dan berair. Bentuk batangnya bulat atau teres yaitu bangun batang pada tengah batang terbentuk lingkaran. Permukaan batang memperlihatkan bekas-bekas daun yaitu batang memiliki bekas dari tempat dudukan daun. Arah tumbuh batang tegak lurus atau erectus yaitu arahnya lurus keatas. Percabangan batangnya monopodial semu yaitu pada batang lansung duduknya tangkai daun.

4. Languas galanga
Languas galanga atau biasa yang kita sebut dengan lengkuas merupakan tanaman yang tidak memiliki sifat batang, bentuk batang. Namun arah tumbuh batang kebawah, karena tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang tidak jelas berbatang yakni memiliki batang tetapi pada batang tersebut tidak terlihat karena langsungnya munculnya daun pada batang. Rhizomenya merupakan modifikasi dari batang dan daun yang biasa disebut cakram atau discus yaitu pada bagian inilah yang merupakan batang yang sesungguhnya, tetapi hanya kecil dengan ruas-ruas yang amat pendek.

5. Vanila planifolia
Vanila planifolia atau biasa yang kita sebut dengan vanili merupakan tanaman yang memiliki sifat batang basah atau herbaceus yaitu batang yang lunak dan berair. Bentuk batangnya bulat atau teres. Permukaan batang licin atau laevis yaitu pada permukaan batang tersebut jika pada saat dipegang serasa seperti lilin. Arah tumbuh batang memanjat atau scandes yaitu jika batang tumbuh keatas dengan menggunakan penunjang seperti akar pembelit. Percabangan batangnya monopodial yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya.


BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari sudut bentuk penampang melintangnya batang dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang yaitu :
a. Bulat (teres), misalnya batang Bougainvillea spectabilis (kembang kertas)
b. Bersegi (angularis), terbagi lagi menjadi dua yaitu:
- Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang Cyperus rotundus (rumput teki)
- Segiempat (quadrangularis), misalnya batang Passiflora quadrangularis (markisah)
c. Pipih, terbagi lagi menjadi dua yaitu:
- Filokladia (phyllocladium), misalnya batang Muehlenbeckia patyclada (jakang)
- Kladodia (cladodium), misalnya Opuntia vulgaris (kaktus)
2. Sifat-sifat batang tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
a. Batang basah (herbaceus), misalnya pada batang Helianthus annuus (bunga matahari)
b. Batang berkayu (lignosus), misalnya pada batang Bougainvillea spectabilis (kembang kertas)
c. Batang rumput (calmus), misalnya pada batang Oryza sativa (padi).
d. Batang mendong (calamus), misalnya pada batang Cyperus sp (rumput teki).
3. Sifat-sifat permukaan batang tumbuhan terbagi menjadi :
a. Licin (laevis), misalnya pada batang Piper bettle (sirih)
b. Berambut (pilosus), misalnya pada batang Cucurbita muscata (labu)
c. Beralur (sulcatus), misalnya pada batang Clitoria ternatea (kembang merak)
d. Berusuk (costatus), misalnya pada batang Coleus scutellarioides (iler)
e. Bersayap (alatus), misalnya pada batang Passiflora quadrangularis (markisa)
f. Berduri (spinosus), misalnya pada batang Opuntia sp (kaktus)
g. Memperlihatkan bekas-bekas daun dan daun penumpu, misalnya pada batang Carica papaya (pepaya)
4. Arah tumbuh batang dibedakan menjadi:
a. Tegak lurus (erectus), misalnya pada Solanum tuberosum (kentang)
b. Menggantung (dependens/pendulus), misalnya pada jenis anggrek (Orchidaceae)
c. Berbaring (humifusus), misalnya pada Citrullus vulgaris (semangka)
d. Menjalar atau merayap (repens), misalnya pada Cucurbita muscata (labu)
e. Mengangguk (nutans), misalnya pada Halianthus annuus (bunga matahari)
f. Memanjat (scandens), misalnya pada Piper bettle (sirih)
g. Membelit (volubilis), misalnya pada Clitoria ternatea (kembang telan)
5. Cara percabangan pada batang ada bermacam-macam, yaitu :
a. Monopodial, misalnya pada batang Helianthus annuus (bunga matahari)
b. Monopodial semu, misalnya pada batang Piper bettle (sirih)
c. Simpodial, misalnya pada batang Opuntia sp (kaktus)
d. Dikotom, misalnya pada batang Gleichena linearis (paku andam)

B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.

Sabtu, 09 April 2011

Laporan II Morfologi Tumbuhan - Daun Tunggal & Daun Majemuk

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jika kita melihat daun berbagai jenis tumbuhan, akan terlihat bahwa ada di antaranya yang hanya memiliki satu helaian saja pada tangkai daunnya yang disebut daun tunggal (folium simplex) dan ada pula tumbuhan yang tangkainya bercabang-cabang, dan pada setiap cabang tangkai terdapat helaian daun, sehingga pada satu tangkai memiliki helaian daun lebih dari satu yaitu daun majemuk (folium compositum).
Karena banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk, maka perlunya mempelajari bagaimana sajakah bentuk dan pembagiannya. Namun dalam penentuan jenis-jenis daun tunggal dan daun majemuk tidaklah mudah, seringkali terjadi kekeliruan terutama dalam penentuan jenis daun majemuk. Untuk itu selalu diperlukan penelitian atau pemeriksaan secara langsung dan seksama untuk menghindari terjadinya kesalahan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mempelajari bermacam-macam tipe daun majemuk serta membedakan antara daun mejemuk dan daun tunggal.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vigna sinensis
A. Morfologi
Vigna sinensis (kacang panjang) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bentuk bangun daun (circumscriptio) seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat tipis seperti selaput (membranaceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) bersifat menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat runcing (acutus). Pangkal daun (basis) bersifat tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Duduk daunnya berseling (folia disticha).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Vigna sinensis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis

C. Ekologi
Kacang panjang dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 250 – 300 mm/tahun dengan kelembapan 60-70 %. Ketinggian untuk tumbuhan ini yaitu 2 – 3 m/tahun, dengan suhu 25˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 5,5 – 6,5 dan ketinggian 1 – 1.300 m dpl. pada Indonesia umunya kacang panjang telah tersebar kesemua pulau-pulau yang kebanyakan di temukan di daerah yang beriklim tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.

D. Nilai medis
Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin galaktosida, sianidin glukosida, delfinidin glukosida, malvidin glukosida, peonidin glukosida, dan petunidin glukosida), flavonol atau glikosida flavonol (kaempferol glukosida, quersetin, quersetin glukosida, kuersetin asetilglukosida), aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin). Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol. Selain itu juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin. Kandungan senyawa-senyawa di dalam kacang panjang ini berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara.

E. Nilai komersial
Kacang panjang merupakan salah satu tumbuhan sayuran yang digunakan sebagai lalapan pada buahnya. Biasa buah dan pada daunnya pun dapat dimakan dengan cara direbus atau ditumis terlebih dahulu. Kacang panjang banyak ditemukan di pasar tradisional dengan harga berkisar Rp. 1.000,- /ikat.

2.2 Citrus maxima
A. Morfologi
Citrus maxima (jeruk bali) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kulit/belulang (coriaceus). Tepi daun (margo) bersifat rata (integer). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Ujung daun (apex) berbentuk terbelah (retusus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat (laevis nitidus). Sedangkan pada duduk daunnya berseling (folia disticha).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Citrus maxima adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Ruttales
Family : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus maxima

C. Ekologi
Jeruk bali telah tersebar sampai ke Cina, Eropa dan Amerika. Jeruk bali dapat tumbuh pada dataran tinggi tropik. Suhu bulanan rata-rata sekitar 20 – 25 ˚C, curah hujan untuk tanaman ini yaitu berkisar antara 1500 – 1800 mm/tahun dengan kelembapan berkisar 70 – 80 %. Tumbuhan ini dapat tumbuh di berbagai tipe tanah mulai dari tanah berpasir kasar hingga berbatu. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 1000 m dpl dengan pH 7 – 9,5.

D. Nilai medis
Daun jeruk bali dapat berguna untuk mengobati demam. Buahnya dapat digunakan untuk mencegah kanker, menurunkan resiko penyakit jantung, melancarkan saluran pencernaan, menurunkan kolestrol dan mencegah anemia. Jeruk ini mengandung vitamin B, vitamin C, provitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan asam folat. Pada daerah Jawa jeruk bali digunakan sebagai penurun demam seorang anak dengan cara merebus dari daun jeruk bali dan diminumkan tiga kali sehari.

E. Nilai komersial
Citrus maxima atau jeruk bali dapat dijadikan jus. Daunnya dapat dijadikan pengharum alami pada masakan. Jeruk juga mempunyai peran dalam dunia kecantikan. Sedangkan harga jeruk bali di pasaran untuk ukuran besar berkisar Rp. 5.000,00- /buah, sedangkan ukuran kecil Rp. 3.000,00- /buah.

2.3 Ceiba petandra
A. Morfologi
Ceiba petandra (kapuk randu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk memanjang (oblongus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat meruncing (acuminatus). Pangkal daun (basis) berbentuk meruncing (acuminatus). Permukaan daunnya bersifat licin suram (laevis opacus). Sedangkan pada duduk daunnya tersebar (folia sparsa).


B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Ceiba petandra adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Bombacaceae
Genus : Ceiba
Spesies : Ceiba petandra

C. Ekologi
Tanaman kapuk dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam di tanah yang banyak mengandung humus dan gembur, misalnya tanah endapan dan tanah vulkanis. Tanah ini dapat kita jumpai pada ketinggian 800 dpl pada pH 5,0 – 6,0. Suhu yang baik untuk tanaman ini berkisar antara 16 – 18 ˚C dengan kelembapan 50 – 60 %.
Daerah curah hujan yang cocok untuk tanaman ini adalah daerah dengan curah hujan 150 – 350 mm/tahun dengan kemarau 10 – 25 hari. tanaman ini banyak hidup di daerah tropis seperti Sulawesi, kalimantan bahkan Papua.

D. Nilai medis
Tanaman kapuk randu, pada daunnya dapat digunakan untuk mengobati demam, batuk, sesak napas dan asma. Kapuk randu mengandung dueretis, astrigeht, saponin dan zat kapur.

E. Nilai komersial
Potensi dasar kapuk dapat dilihat dari banyaknya manfaat tanam kapuk untuk keperluan hidup manusia. Jumlah penduduk juga dapat dijadikan tolak ukur besarnya potensi dasar kapuk. Misalnya untuk pembuatan bantal yang di pasaran berkisar Rp. 20.000,- /buah, pembuatan kasur yang di pasaran berkisar Rp. 150.000,- /buah, pembuatan jok yang di pasaran berkisar Rp. 200.000,- /buah.
Selain itu serat kapuk dan batang kapuk yang merupakan produk utama banyak digunakan sebagai bahan baku industri misalnya meubel dan industri tekstil. Kulit buah pada tanaman ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun, pupuk, minyak goreng dan lain-lain.

2.4 Parkia speciosa
A. Morfologi
Parkia speciosa (petai cina) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap sempurna (abrupte pinnatus). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya (circumscriptio) berbentuk seperti jorong (ovalis). Daging daun (intervenium) bersifat seperti kertas (papyraceus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang menyirip (penninervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat membulat (rotundatus). Pangkal daun (basis) berbentuk runcing (acutus). Permukaan daunnya bersifat berkerut (rugosus). Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan (folia opposita).

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Parkia speciosa adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Parkia
Spesies : Parkia speciosa

C. Ekologi
Tanaman petai diperkirakan berasal dari Malaysia. Namun, sudah lama tanaman ini tum¬buh dan dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Tanaman ini banyak tumbuh di daerah dengan musim kemarau yang tidak ekstrim. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 25 – 45 ˚C dengan kelembapan 40 – 60 %. Tanaman ini dapat kita jumpai pada ketinggian 300 dpl.
Tanaman ini cocok dengan daerah yang memiliki curah hujan berkisar 100 – 250 mm/tahun dengan kemarau 20 - 25 hari yang cocok pada daerah tropis seperti Sulawesi dan Kalimantan.

D. Nilai medis
Dibanding apel, petai memiliki protein empat kali lebih banyak, karbohidrat dua kali lebih banyak, tiga kali lipat fosfor, lima kali lipat vitamin A dan zat besi, dan dua kali lipat jumlah vitamin dan mineral lainnya. Petai merupakan sumber energi yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. Petai mengandung tiga macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat. Kombinasi tersebut mampu memberikan dorongan tenaga instan, tetapi cukup lama dan cukup besar efeknya.
Petai juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu 46 mg per 100 g biji. Vitamin C sangat penting perannya dalam proses hidroksilasi asam amino prolin clan lisin, menjadi hidroksiprolin clan hidroksilisin. Kedua senyawa ini merupakan komponen kola¬gen yang penting yang mampu mengatasi ambeyen, sariawan, buang air besar serta kanker.

E. Nilai komersial
Bagian dari buah petai yang paling penting untuk dimanfatkan adalah bijinya. Bagian dari kayunya dapat digunakan sebagai kayu api dan membantu pembangunan industri. Meskipun menghasilkan bau tidak sedap, biji petai sangat digemari oleh sebagian orang karena dapat meningkatkan selera makan. Petai dapat dimakan mentah sebagai lalap, direbus, digoreng atau dibakar. Petai juga banyak dimanfaatkan sebagai penyedap makanan. Pada petai memiliki harga jika telah diolah menjadi sebuah bubuk atau penyedap rasa yang berkisar dipasaran Rp. 1.000,- /sachet.

2.5 Metroxylon sagu
A. Morfologi
Metroxylon sagu (sagu) merupakan salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya (circumscriptio) berbentuk bangun pita (ligullatus). Daging daun (intervenium) bersifat seperti perkamen (perkamenteus). Susunan tulang-tulang (nervatio) berbentuk bertulang sejajar (rectinervis). Tepi daun (margo) berbentuk rata (integer). Ujung daun (apex) bersifat berbentuk runcing (acutus). Pangkal daun (basis) berbentuk tumpul (obtusus). Permukaan daunnya bersifat kasap (scaber). Sedangkan pada duduk daunnya roset batang.

B. Klasifikasi
Adapun susunan klasifikasi dari Metroxylon sagu adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Aracales
Family : Araceae
Genus : Metroxylon
Spesies : Metroxylon sagu

C. Ekologi
Metroxylon sagu berasal dari Papua Nugini dan Maluku. Sagu merupakan pohon didaratan rendah tropik yang basah, ditemukan secara alami sampai pada ketinggian 700 m dpl. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan sagu dengan suhu rata-rata 26 ˚C. Kelembapan relatif 90%. Curah hujan 2000 – 4000 m/tahun, dengan pH 5,5 – 6,4.

D. Nilai medis
Sagu dapat digunakan sebagai obat kembung, muntah-muntah, buang air besar serta muntah darah. Kandungan kimia yang terkandung didalamnya adalah protein, zat besi, karoten, tiamin dan asam askorbat.

E. Nilai komersial
Di Indonesia dan Malaysia, pati sagu digunakan untuk pembuatan mie dan mkanan ringan. Sedangkan di Amerika di gunakan untuk pembuatan bedak. Batang sagu yang masih muda dapat digunakan sebagai makanan hewan serta dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.


BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
- Hari/Tanggal : Sabtu, 02 April 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Laboratorium Biodeversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Daun Vigna sinensis
4. Daun Citrus maxima
5. Daun Ceiba petandra
6. Daun Parcia specioca
7. Daun Metroxylon sagu

C. Prosedur kerja
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
- Helaian daun (lamina)
- Tangkai daun (petiolus)
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Anak daun (foliolum)
- Circumscriptio
- Intervenium
- Margo
- Apex
- Basis
- Permukaan daun
- Nervatio
3. Menentukan duduk daun
- Tersebar (folia sparsa)
- Berkarang (folia ferticilata)
- Berhadapan (folia oppsita)
- Berseling (folia disticha)
4. Menentukan susunan daun majemuk
- Menyirip ganjil (imparipinnatus)
- Menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Menyirip berseling
- Menyirip ganda dua, tiga dan seterusnya
- Menjari berdaun satu (unifoliolatus)
- Menjari berdaun dua, tiga dan seterusnya
- Menjari ganda dua (bibifoliolatus)
- Majemuk menyirip ganjil rangkap tiga
- Majemuk campuran (digitatopinnatus)


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
No. Gambar Keterangan
1. Spesies : Vigna sinensis
Family : Fabaceae
Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus)
1. Potiolus communis
2. Petiololus
3. Foliolum
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Membranaceus
Nervatio : Penninervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Berseling (folia disticha)
2. Spesies : Citrus maxima
Family : Rutaceae
Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
1. Potiolus communis
2. Petiololus
3. Foliolum
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Coriaceus
Nervatio : Penninervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Retusus
Basis folii : Acutus
Permukaan daun : Laevis nitidus
Duduk daun : Berseling (folia disticha)
3. Spesies : Ceiba petandra
Family : Bombacaceae
Daun majemuk menjari beranak daun 7 (septemfoliolatus)
1. Potiolus communis
2. Petiololus
3. Foliolum
Circumscriptio : Oblongus
Intervenium : Papyraceus
Nervatio : Penninervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Acuminatus
Permukaan daun : Laevis opacus
Duduk daun : Tersebar (folia disticha)
4. Spesies : Parkia speciosa
Family : Fabaceae
Daun majemuk menyirip genap sempurna (abrupte pinnatus)
1. Potiolus communis
2. Petiololus
3. Foliolum
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Papyraceus
Nervatio : Penninervis
Margo foli : Integer
Apex folii : Rotundatus
Basis folii : Acutus
Permukaan daun : Rugosus
Duduk daun : Berhadapan (folia opposita)
5. Spesies : Metroxylon sagu
Family : Araceae
Daun majemuk menyirip berseling
1. Potiolus communis
2. Petiololus
3. Foliolum
4. Vagina
Circumscriptio : Ligullatus
Intervenium : Perkamenteus
Nervatio : Rectinervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Obtusus
Permukaan daun : Scaber
Duduk daun : Roset batang

B. Pembahasan
1. Vigna sinensis
Vigna sinensis yang biasanya disebut kacang panjang adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tiga atau trifoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun. Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya jorong atau ovalis. Daging daun atau Intervenium bersifat tipis seperti selaput atau membranaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio bersifat menyirip atau penninervis, yaitu daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Tepi daun atau margo folii bersifat rata atau integer. Ujung daun atau apex folii bersifat runcing atau acutus yaitu pada ujung yang runcing. Pangkal daun atau basis folii nya bersifat tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.

2. Citrus maxima
Citrus maxima atau yang biasanya kita sebut dengan jeruk bali adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun satu atau unifolidatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat satu anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kulit/belulang atau coriaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk terbelah atau retusus yaitu ujung daun memiliki suatu lekukan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing pula atau acutus. Permukaan daunnya bersifat licin mengkilat atau laevis nitidus. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu tata letak daun terseling mengikuti rumus ½ yang memisahkan tata letak daun tersebut.

3. Ceiba petandra
Ceiba petandra atau yang biasanya kita sebut dengan kapuk randu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menjari beranak daun tujuh atau septemfoliolatus karena pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh anak daun. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk memanjang atau oblongus yaitu jika panjang : lebar = 2 ½ - 3 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus yaitu pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk meruncing pula atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin suram atau laevis opacus. Sedangkan pada duduk daunnya tersebar atau folia sparsa yaitu tata letak daun tersebar mengikuti rumus 3/8 yang memisahkan tata letak daun tersebut.

4. Parkia speciosa
Parkia speciosa atau yang biasanya kita sebut dengan petai cina adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip genap atau abrupte pinnatus yaitu terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi genap. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus yaitu tipis tetapi cukup tegar. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat membulat atau rotundatus yaitu pada daun-daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing atau acutus. Permukaan daunnya bersifat berkerut atau rugosus. Sedangkan pada duduk daunnya berhadapan atau folia opposita yaitu dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan (terpisah oleh jarak sebesar 180˚).

5. Metroxylon sagu
Metroxylon sagu atau yang biasanya kita sebut dengan sagu adalah salah satu tumbuhan yang berdaun majemuk menyirip berseling yaitu anak daun pada ibu tangkai duduknya berseling. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunnya atau circumscriptio berbentuk bangun pita atau ligullatus yaitu serupa daun bangun garis, tetapi lebih panjang lagi. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti perkamen atau perkamenteus yaitu tipis tetapi cukup kaku. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang sejajar atau rectinervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk tumpul atau obtusus. Permukaan daunnya bersifat kasap atau scaber. Sedangkan pada duduk daunnya berseling atau folia disticha yaitu roset batang yaitu daun yang rapat berjejal-jejal terdapat pada ujung batang.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan sebagai berikut :
1. Daun tunggal adalah pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja.
2. Daun majemuk adalah tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga disini pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
3. Pada suatu daun majemuk dapat kami bedakan bagian-bagiannya sebagai berikut :
- Ibu tangkai daun (potiolus communis)
- Tangkai anak daun (petiololus)
- Anak daun (foliolum)
4. Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya daun majemuk dapat dibedakan empat golongan yaitu :
- Daun majemuk menyirip (pinnatus)
- Daun majemuk menjari (palmatus)
- Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
- Daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
5. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu :
- Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)
- Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)
- Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus)
6. Dalam daun majemuk menyirip dibedakan lagi menurut duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai, hingga kami dapati pula :
- Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan
- Daun majemuk menyirip berseling
- Daun majemuk menyirip berselang-seling (interrupte pinnatus)
7. Dalam daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus)
- Daun majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya
8. Pada daun majemuk yang menyirip ganda dibedakan lagi menjadi :
- Daun majemuk menyirip ganda sempurna
- Daun majemuk menyirip ganda tidak sempurna
9. Mengenai daun majemuk menjari tidak ada hal-hal yang begitu rumit seperti pada daun majemuk menyirip. Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan seperti berikut :
- Beranak daun dua (bifoliolatus)
- Beranak daun tiga (trifoliolatus)
- Beranak daun lima (quinquefoliolatus)
- Beranak daun tujuh (septemfoliolatus)

B. Saran
Praktikan berharap agar dalam praktikum selanjutnya dapat berlangsung dengan lebih tenang, sehingga praktikan dapat memanfaatkan waktu yang telah disediakan dengan seefisien mungkin. Serta praktikan berharap agar tidak hanya para praktikan yang mematuhi tata tertib pada saat di dalam laboratorium, namun para asisten juga sehingga praktikum dapat berjalan lebih tertib.

Minggu, 03 April 2011

Laporan I Morfologi Tumbuhan - Daun Lengkap & Daun Tidak Lengkap

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu tumbuhan pada waktu sekarang telah mengalami kemajuan begitu pesat, hingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan hanya cabang-cabang ilmu tumbuhan saja, sekarang ini telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri-sendiri.
Dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri adalah Morfologi Tumbuhan. Morfologi tumbuhan hanya mempelajari bentuk dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi morfologi luar saja dan morfologi tumbuhan atau lebih dikenal dengan Anatomi tumbuhan.
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tumbuhan saja tetapi juga bertugas menentukan apakah fungsi masing-masing bagian dari tumbuhan tersebut.
Karenanya banyaknya jenis tumbuhan dan banyaknya bentuk daun baik daun lenkap dan daun tidak lengkap, maka perlunya mempelajari bagaimana sajakah bentuk dan pembagiannya.

B. Tujuan :
Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu mengetahui dan mengenal bagian-bagian daum serta membedakan daun lengkap dan daun tidak lengkap.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Caladium bicolor
A. Morfologi
Caladium bicolor (Keladi dua warna) adalah salah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena memiliki pelepah daun (vagina), tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya menyerupai sebuah perisai atau peltatus. Daging daun atau Intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. Tepi daun atau margo folii nya bersifat berombak atau repandus. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin atau laevis.

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Caladium bicolor sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Arales
Family : Araceae
Genus : Caladium
Spesies : Caladium bicolor

C. Ekologi
Keladi dapat tumbuh pada daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan 250 – 300 mm/tahun. Ketinggian untuk tumbuhan ini yaitu 2 – 3 m/tahun, dengan suhu 25˚C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan keadaan tanah yang tidak terlalu kering dan lembab dengan pH 5,5 – 6,5 dan ketinggian 1 – 1.300 m dpl.

D. Nilai medis
Keladi memiliki bagian-bagian yang dapat digunakan sebagai obat yaitu, umbi dari keladi memiliki khasiat sebagai obat bengkak pada jari tangan. Kandungan kimia yang terdapat pada keladi yaitu pada daun terdapat saponin, pada rimpang terdapat flavonoida, dan juga mengandung polifenol.

E. Nilai komersial
Keladi banyak digunakan sebagai tanaman hias maka dari kegunaan tersebut dapat dimanfaatkan dan dengan nilai jual yang tinggi mencapai Rp.20.000,00 – Rp.30.000,00/pot. Namun karena penyebarannya yang masih sangat sempit diseluruh dunia maka keladi hanya terkenal di derah tertentu saja, yang sebnarnya pertumbuhan tumbuhan ini dapat tumbuh dimanan saja. Selain itu, keladi itu bisa dikatakan sudah tidak memilki nilai jual atau nilai komersial lagi karena makin mudahnya masyarakat mendapatkannya tanaman ini khususnya di Indonesia.

2.2 Musa Paradiasiaca
A. Morfologi
Musa Paradiasiaca (pisang) adalah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena memiliki pelepah daun (vagina), tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing atau acutus. Permukaan daunnya berbentuk licin dan berselaput lilin atau laevis pruinosus.

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Musa paradiasiaca sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradiasiaca

C. Ekologi
Temperatur optimum untuk pertumbuhan pisang adalah pada suhu 27 – 38 ˚C. Pisang tumbuh baik di daerah beriklim tropika dengan curah hujan 200 – 220 mm/tahun. Kelembaban tanah berkisar 60 – 70 %.
Pada daerah tropis, pisang masih dapat tumbuh pada ketinggian hingga 1.600 m dpl dan menyukai matahari langsung. Pisang toleran pada pH 4,5 – 7,5.

D. Nilai medis
Pisang memiliki banyak nilai medis. Pisang kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, pospor, dan zat besi yang hampir seluruhnya dapat diserap oleh tubuh. Pisang juga mengandung provitamin A, vitamin C, B dan seratomin yang aktif sebagai neurot transmitter dalam melancarkan fungsi otak.
Cairan yang dihasilkan oleh batang pisang digunakan untuk mengobati saluran kencing, disentri, dan diare bahkan untuk mengobati kebotakan. Jika dikonsumsi secara rutin dapat menyembuhkan penyakit maag, darah tinggi, dan berfungsi juga sebagai anti radang.

E. Nilai komersial
Berdasarkan cara konsumsi buah pisang, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang meja deasert dan pisang olah plantain cooking banana. Harga pisang dipasaran berkisar antara Rp.10.000,00 – Rp.15.000,00 /sisir.
Selain buahnya, daun dan batang pisang juga memilki nilai komersial, seperti contoh daun pisang yang telah dibersihkan lalu dijual yang biasanya digunakan untuk membungkus makanan. Batang pisang juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak yang bila dijual akan mendapatkan keuntungan yang lumayan.

2.3 Calotropis gigantea
A. Morfologi
Calotropis gigantea (Biduri) adalah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti jorong atau ovalis. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk berlekuk atau emarginatus. Permukaan daunnya berbentuk berbulu halus dan rapat atau villosus.

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Calotropis gigantea sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Gentianales
Family : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantea

C. Ekologi
Tumbuh pada habitat yang tidak tergenang air, pantai berpasir dan lahan berbatu, hingga ketinggian sekitar 300 m dpl. Di Bali dijumpai mulai pada daerah pantai yang gersang dan udaranya panas hingga ke lereng gunung Agung yang suhu udaranya sejuk. Umumnya dijumpai di lahan-lahan pantai yang terbengkalai dan terbuka (mendapat sinar matahari penuh).

D. Nilai medis
Pada biduri sendiri belum banyak diketahui karena belum adanya penilitian dari tumbuhan tersebut.

E. Nilai komersial
Pada biduri sendiri tidak mempunyai nilai komersial karena dapat dijumpai di banyak tempat.

2.4 Ipomea pes-caprae
A. Morfologi
Ipomea pes-caprae (tapak kuda) adalah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti bulat atau orbicularis. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk tulang melengkung atau cervinervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk tumpul atau obtusus.

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Ipomoea pes-caprae sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledineae
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea pes-caprae

C. Ekologi
Tumbuh liar mulai permukaan laut hingga 600 m dpl, biasanya di pantai berpasir, tetapi juga tepat pada garis pantai, serta kadang-kadang pada saluran air, dan kebanyakan hidup pada daerah tropis.

D. Nilai medis
Tapak kuda yang merupakan famili Convolvulaceae ini sebenarnya digunakan sebagai tanaman obat sejak zaman dulu kala. Di beberapa negara, tapak kuda atau disebut juga beach morning glory, digunakan untuk mengatasi peradangan dan mengatasi rasa sakit.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tapak kuda mengandung glochidone, asam betulinic, alfa dan beta amyrin asetat, serta isoquercitrin. Pada tanaman tersebut juga terdapat antinociceptive, yang berguna mengatasi rasa sakit berlebihan.
Antinociceptive akan beraksi seperti hidroalkoholik, yang mampu mengurangi rasa sakit. Dengan kandungan tersebut, tapak kuda kerap digunakan untuk meredakan nyeri persendian atau pegal otot. Selain itu, tanaman ini juga digunakan sebagai pereda sakit gigi dan pembengkakan gusi.

E. Nilai komersial
Pada tapak kuda sendiri tidak mempunyai nilai komersial karena dapat dijumpai di banyak tempat.

2.5 Jatropha gossyfifolia
A. Morfologi
Jatropha gossyfifolia (Jarak merah) adalah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti bulat atau orbicularis. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk berbagi menjari atau palmatipartitus. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk berlekuk atau emarginatus. Permukaan daunnya serasa gundul atau glaber.

B. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari Jatropha gossyfifolia sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malphigiales
Family : Euphorbiceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha gossyfifolia

C. Ekologi
Tanaman jarak merah merupakan salah satu tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Tanaman jarak dapat tumbuh pada keadaan tanah yang kurang subur, tetapi memiliki pengaliran air atau kadar air yang cukup dan mempunyai kadar tanah dengan pH antara 5,0 – 6,5 dengan keadaan suhu sekitar 31˚C dan dengan batas hidup pada ketinggian 500 m dpl.

D. Nilai medis
Tanaman jarak merah biasanya digunakan untuk mengobati luka pada tubuh. Biji dan cangkang jarak merah mengandung 20 – 40 % minyak nabati. Namun bagian inti biji cangkang dapat mengandung 45 – 60 % minyak kasar. Berdasarkan analisis terhadap komposisi asam lemak dari 11 provanas jarak merah, diketahui bahwa asam lemak paling dominan adalah oleat dan asam linoleat.

E. Nilai komersial
Pemanfaatan minyak dari tanaman jarak sebagai bahan bakar alternatif ideal untuk mengurangi tekanan permintaan bahan bakar minyak peghe atau pengunaan cadangan devisa.


BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
- Hari/Tanggal : Sabtu/26 Maret 2011
- Pukul : 13.00 Wita – 17.30 Wita
- Tempat : Lab. Biodeversity Biologi FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum morfologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Buku gambar
2. Alat tulis menulis
3. Daun Caladium bicolor
4. Daun Musa paradiasiaca
5. Daun Calotropis gigantea
6. Daun Jatropha gossyfifolia
7. Daun Ipomea pes-caprae

C. Prosedur kerja
1. Menulis nama spesies dan family tumbuhan tersebut
2. Mengambarkan dan memberi keterangan bagian-bagiannya
- Helaian daun (lamina)
- Tangkai daun (petiolus)
- Upih daun (vagina)
3. Menentukan :
- Circumscriptio
- Basis
- Intervenium
- Margo
- Apex
- Nervatio
- Permukaan daun


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
No. Gambar Keterangan
1. Spesies : Caladium bicolor
Family : Araceae
Folium completus
1. Lamina
2. Vagina
3. Petiolus
Circumscriptio : Peltatus
Intervenium : Papyraceus
Nervatio : Palminervis
Margo folii : Repandus
Apex folii : Acuminatus
Permukaan daun : Laevis

2. Spesies : Musa paradiasiaca
Family : Musaceae
Folium completus
1. Lamina
2. Vagina
3. Petiolus
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Papyraceus
Nervatio : Penninervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Acutus
Permukaan daun : Laevis pruinosus

3. Spesies : Calotropis gigantea
Family : Ascolepiadaceae
Folium incompletus
1. Lamina
Circumscriptio : Ovalis
Intervenium : Herbaceus
Nervatio : Penninervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acutus
Basis folii : Emarginatus
Permukaan daun : Villosus

4. Spesies : Jatropha gossyfifolia
Family : Euphorbiaceae
Folium incompletus
1. Lamina
2. Petiolus
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Herbaceus
Nervatio : Palminervis
Margo folii : Palmatipartitus
Apex folii : Acutus
Basis folii :Emarginatus
Permukaan daun : Glaber

5. Spesies : Ipomea pes-caprae
Family : Convolvulceae
Folium incompletus
1. Lamina
2. Petiolus
Circumscriptio : Orbicularis
Intervenium : Herbaceus
Nervatio : Cervinervis
Margo folii : Integer
Apex folii : Acuminatus
Basis folii : Retusus
Permukaan daun : Laevis

B. Pembahasan
- Caladium bicolor
Caladium bicolor yang biasanya disebut keladi adalah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena pada daun ini memiliki pelepah daun atau vagina, tangkai daun atau petioulus dan helaian daun atau lamina. Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya menyerupai sebuah perisai atau peltatus dan mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada pangkal daun, melainkan pada bagian tengah helaian daun. Daging daun atau Intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan. Tepi daun atau margo folii nya bersifat berombak atau repandus yaitu sinus dan angulus sama-sama tumpul. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus yaitu pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan. Sedangkan pada permukaan daunnya bersifat licin atau laevis.

- Musa Paradiasiaca
Musa Paradiasiaca atau yang biasanya kita sebut dengan pisang adalah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena memiliki pelepah daun atau vagina, tangkai daun atau petioulus dan helaian daun atau lamina. Tanaman ini pula memiliki sifat daun yaitu bangun daunya atau circumscriptio berbentuk seperti jorong atau ovalis yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus yaitu jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuanya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk runcing pula atau acutus. Sedangkan pada permukaan daunnya berbentuk licin dan berselaput lilin atau laevis pruinosus.

- Calotropis gigantea
Calotropis gigantea atau yang biasanya kita sebut dengan biduri atau roviga adalah salah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti jorong atau ovalis yaitu jika perbandingan panjang : lebar = 1 ½ - 2 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk bertulang menyirip atau penninervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus yaitu jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuanya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk berlekuk atau emarginatus. Sedangkan pada permukaan daunnya berbentuk berbulu halus dan rapat atau villosus.

- Ipomea pes-caprae
Ipomea pes-caprae atau yang biasanya kita sebut tapak kuda adalah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti bulat atau orbicularis yaitu jika panjang : lebar = 1 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya berbentuk tulang melengkung atau cervinervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk rata atau integer. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus yaitu pada ujung yang runcing, tetapi titik pertemuan kedua daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk tumpul atau obtusus. Sedangkan pada permukaan daunnya bersifat licin atau laevis.

- Jatropha gossyfifolia
Jatropha gossyfifolia atau yang biasanya kita sebut dengan jarak merah adalah satu tumbuhan yang berdaun tidak lengkap atau folium incompletus karena hanya memiliki tangkai daun (petioulus) dan helaian daun (lamina). Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio nya berbentuk seperti bulat atau orbicularis yaitu jika panjang : lebar = 1 : 1. Daging daun atau intervenium nya bersifat tipis lunak atau herbaceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. Tepi daun atau margo folii nya berbentuk berbagi menjari atau palmatipartitus yaitu jika tepi berbagi, sedang daunnya mempunyai susunan tulang yang menjari. Ujung daun atau apex folii nya berbentuk runcing atau acutus yaitu jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuanya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pangkal daun atau basis folii nya berbentuk berlekuk atau emarginatus Sedangkan pada permukaan daunnya serasa gundul atau glaber.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan bahwa yang dikatakan sebagai daun lengkap adalah jika daun tersebut memiliki helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus), dan upih daun (vagina), contohnya seperti pada keladi dua warna atau Caladium bicolor dan pisang atau Musa paradiasiaca, tetapi jika salah satu dari ketentuan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daun lengap melainkan dengan kata lain disebut daun tidak lengkap contonya seperti jarak merah atau Jatropha gossyfifolia, tapak kuda atau Ipomea pes-caprae dan biduri atau Calatropis gigantea.

B. Saran
Saya mengharapkan kepada asisten agar dapat membantu praktikannya dalam sebuah praktikum agar dalam praktikum itu sendiri tidak terjadi kesalahan sama sekali.